Pasar Seni ITB selalu menjadi momen meriah yang ditunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat di Kota Bandung. Kemacetan panjang yang ditimbulkan dari acara ini adalah bukti apresiasi tersebut. Biasanya, semua orang sengaja berkumpul untuk mencoba menikmati karya industri kreatif dan juga hasil dari seni budaya yang dikembangkan. Seperti pasar seni lainnya, Pasar Seni ITB merupakan tempat berkarya, pementasan, tempat pameran, dan tempat berjualan benda-benda, dan kegiatan kesenian.
Abdul Djalil Pirous menghabiskan waktunya untuk belajar seni grafis di kota New York dan bertugas mengembangkan sebuah program studi baru di ITB. Mantan Guru Besar ITB ini mengatakan setiap musim gugur di New York, dirinya mengikuti sebuah Art Fair bermodalkan tongkat dan tali untuk memajang karya seni besutannya sendiri yang dijual dengan harga murah. Tidak hanya seniman lama, pada Art Fair ini seniman muda pun turut meramaikan acara. Konon katanya, ibu-ibu rumah tangga yang punya banyak karya rajutan juga aktif mengikuti pagelaran ini.
Lalu menjadi mimpi tersendiri baginya yaitu menghadirkan sebuah Pasar Seni di Tanah Air dimana pada suatu hari tersebut, ratusan seniman berkumpul untuk menampilkan produk kreatifitasnya. "Harga penjualan produk kreatif yang lebih murah dari biasanya, tetap membuat para seniman masih dapat mengkantongi keuntungan. Rupanya, Art Fair mampu meleburkan batas antara seni dan masyarakat yang sebelumnya terlihat jauh," katanya belum lama ini.
Terinspirasi dari konsep-konsep Art Fair di New York yang meriah, Pirous dan rekannya But Muchtar mencoba untuk menggagas Pasar Seni ITB yang pertama pada 1972. Saat itu Pasar Seni ITB diselenggarakan di Jalan Ganesha dan sebagian area di kampus ITB. Dengan semangat yang sama, Pasar Seni ITB ini memiliki tujuan utama yaitu memasyarakatkan seni rupa dengan cara mempertemukan para orang-orang kreatif baik berlatar belakang akademis maupun tidak.
Pasar Seni ITB akhirnya lahir dan menjadi fenomena kebudayaan. Para pelaku yang banyak juga menjadi penjual, bertemu dengan masyarakat dan terikat interaksi jual beli. Kesuksesan pertama itu terlihat dari barang-barang yang habis terjual dan ada pergerakan ekonomi di dalamnya. Tidak hanya datang menjual karyanya, Pasar Seni ITB juga menghadirkan berbagai pertunjukan. Semuanya tak lain sebagai bukti bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kreatif.
#Lihat pula : Biografi Abdul Djalil Pirous - Seniman Kontemporer